Sabtu, 28 Juni 2008

karya tulis tentang peranan algoritma terhadap kemajun industri software dan teknologi informatika di indonesia

I. PENDAHULUAN1.1. Masyarakat Informasi dan Kesenjangan Dijital
Dalam era masyarakat informasi pada saat ini, penggunaan teknologi informasi (TI) menjadi sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun terjadi sebuah digital gap dalam akses terhadap TI (baik perangkat maupun kontennya) di dalam masyarakat Indonesia, namun perkembangan TI di Indonesia tetap mengikuti perkembangan TI yang ada di ruang lingkup internasional.
Digital gap atau diistilahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan dijital”, merupakan sebuah realitas obyektif yang dihadapi pada saat ini. Sebagian orang dapat menikmati perangkat maupun konten dalam TI, namun sebagian lain bahkan tidak mengetahui apa itu TI. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya digital gap/kesenjangan dijital ini, salah satu diantaranya adalah mahalnya harga perangkat TI. Dalam tulisan ini, artikel yang dikutip adalah artikel mengenai piranti lunak komputer dan akan memfokuskan pembahasan dalam pokok permasalahan tersebut.
1.2. Aspek Hak Kekayaan Intelektual dalam Piranti Lunak
Piranti lunak komputer merupakan salah satu komponen penting dalam berjalannya TI. Tanpa adanya hal tersebut, komputer sebagai komponen lain dalam TI (yang biasa disebut dengan perangkat keras) tidak akan bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Begitu pentingnya sebuah perangkat lunak komputer bagi beroperasinya TI, maka kompensasi yang diberikan untuk bisa menikmati piranti lunak komputer tersebut tidaklah murah. Untuk sebuah piranti lunak sistem operasi yang dikeluarkan oleh Microsoft, yaitu Windows Vista, harga yang dibandrol adalah 2,4 juta rupiah.[1] Mahalnya harga piranti lunak komputer inilah yang menyebabkan menjamurnya pembajakan terhadap piranti lunak tersebut. Pembajakan dimaksudkan agar pemakai komputer dapat menikmati TI dengan harga yang masih dapat dijangkau. Dalam bahasa lain dapat dikatakan, pembajakan merupakan salah satu upaya untuk mempersempit kesenjangan dijital dengan cara yang ilegal.
Di Indonesia pembajakan terhadap piranti lunak komputer bukanlah hal yang aneh. Melihat daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah, piranti lunak bajakan merupakan solusi sementara untuk tetap bisa menggunakan TI. Namun hal ini tidak bisa digunakan secara terus-menerus, mengingat pembajakan merupakan pelanggaran terhadap hak kekayaan intelektual yang telah diatur dalam UU 19 th 2002 tentang Hak Cipta.
Selain merupakan pelanggaran terhadap HKI, pembajakan terhadap piranti lunak dapat menimbulkan implikasi ekonomis terhadap Indonesia. Salah satunya adalah sanksi dagang yang dapat diberikan oleh negara lain. Sebelum USTR (United States Trade Representative/Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat) mengeluarkan daftar peringkat negara yang termasuk sering melanggar HKI pada tahun 2006, Indonesia telah masuk dalam priority watch list.[2] Kategori tersebut merupakan sebuah penggolongan yang sedikit lagi dapat menyebabkan Indonesia tergolong ke dalam foreign country, dan mendapat sanksi dagang.
1.3. Indonesia Go Open Source
Artikel yang dikutip dalam tulisan ini memuat tentang peluncuran produk-produk piranti lunak dari program IGOS (Indonesia, Go Open Source). Program IGOS ini dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan yang menimbulkan pembajakan piranti lunak dan juga permasalahan yang muncul karena pembajakan piranti lunak. Program ini diluncurkan semenjak 2004 oleh pemerintah yang diwakili oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Menteri Pendidikan Nasional.
IGOS merupakan sebuah program payung yang menghasilkan produk-produk piranti lunak seperti pengolah kata (wordprocessor), pengolah gambar (graphicPiranti lunak yang diproduksi oleh IGOS dikategorikan sebagai open source software, sesuai dengan namanya. Yang dimaksud dengan open source software adalah, piranti lunak yang kode programnya dapat diakses, dimodifikasi, didistribusikan secara bebas dan gratis dengan legal. Contoh open source software yang telah lebih dulu muncul adalah Linux Operating System. Lawan dari open source software adalah proprietary software, yang penggunaannya harus mendapatkan izin dari pemiliknya. Contohnya adalah Windows Vista, seperti yang telah disebutkan diatas.
II. ANALISIS DAN KOMENTAR
2.1. Pelanggaran Hak Cipta
Salah satu alasan pemerintah untuk meluncurkan program IGOS adalah mengurangi tingkat pembajakan piranti lunak yang terjadi di Indonesia. Piranti lunak yang dibajak di Indonesia tidak hanya seputar piranti lunak sistem operasi, namun juga piranti lunak aplikasi, sehingga menambah panjang kegiatan pembajakan di Indonesia.
Jika ditinjau dari UU 19/2002 tentang Hak Cipta, piranti lunak merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi oleh undang-undang tersebut (dalam undang-undang, piranti lunak disebut dengan program komputer). Kutipan pasalnya sebagai berikut :
Bagian Keempat
Ciptaan yang Dilindungi
Pasal 12
(1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
Sehingga, kegiatan pembajakan terhadap piranti lunak (baik sistem operasi maupun aplikasi) merupakan tindak pidana, yang ketentuannya tercantum dalam pasal 72 ayat 3 UU 19/2002, yaitu :
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2.2. Pengembangan IGOS
Penyediaan kode sumber IGOS secara gratis dari pemerintah, yang dapat diunduh (download) dari http://www.igos-source.or.id/, bukan merupakan satu-satunya solusi terhadap permasalahan pembajakan di Indonesia. Meskipun telah disediakan secara gratis, pembajakan tetap terjadi karena piranti lunak yang disediakan oleh IGOS belum dapat digunakan oleh pengguna komputer yang terbiasa dengan produk tertentu. Misalnya, pengguna yang terbiasa dengan sistem operasi Windows XP, dan aplikasi perkantoran Microsoft Office, akan kesulitan beradaptasi dengan IGOS Nusantara 2006 dan OpenOffice (keduanya untuk fungsi yang sama dengan Windows XP dan Microsoft Office). Pembajakan terhadap proprietary software akan semakin berkurang apabila IGOS terus menerus dikembangkan dan dapat menghasilkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Karena pengguna akan mencari piranti lunak yang mudah digunakan dan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat ini, produk yang dihasilkan oleh IGOS memang belum seluruhnya dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Karena pengguna komputer di Indonesia telah lama terbiasa untuk menggunakan piranti lunak yang user-friendly. Hal ini menyebabkan piranti lunak yang baru dan masih dalam tahap pengembangan (beta version, dalam bahasa teknisnya) seperti IGOS, tidak akan dilirik oleh pengguna.
2.3. Reduksi Kesenjangan Dijital
Selain permasalahan IGOS yang belum user-friendly, harus disadari bahwa kuantitas masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan sebuah piranti lunak seperti IGOS belum banyak jika dibandingkan dengan masyarakat yang berposisi hanya sebagai pengguna saja. Hal ini dapat dimaklumi, karena selain IGOS dikembangkan dengan berbasis pada sistem operasi Linux (yang mempunyai algoritma berbeda dengan Windows), kesenjangan dijital yang terjadi dalam masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktornya. Kesenjangan dijital menyebabkan kemampuan dalam menggunakan TI menjadi tidak merata, sehingga hanya sebagian orang yang mampu berposisi sebagai pengguna (user) dan pengembang (developer). IGOS menjadi solusi untuk mempersempit kesenjangan dijital yang terjadi. Karena sifatnya yang gratis dan tidak membutuhkan spesifikasi komputer yang canggih, maka akan memperbesar peluang golongan masyarakat yang mempunyai modal sedikit untuk dapat menggunakan TI. Dengan semakin menyempitnya kesenjangan dijital yang dibantu dengan IGOS, maka akan semakin banyak tenaga-tenaga TI baik terdidik maupun terlatih yang dapat mengembangkan IGOS menjadi lebih baik dibanding dengan saat ini. Semakin berkembangnya IGOS, dan semakin luas pemakaian IGOS, maka tingkat pembajakan akan berkurang dengan sendirinya.
2.4. Penghematan Anggaran Pemerintah
Tidak hanya masalah pembajakan dan kesenjangan dijital saja yang dapat diselesaikan dengan kemunculan IGOS. Dalam kaitannya dengan kegiatan pemerintahan, hadirnya IGOS akan memberikan solusi bagi beratnya alokasi dana yang disediakan pemerintah untuk membeli software yang legal. IGOS dapat menghemat sekitar 51% alokasi dana dari anggaran jika dibandingkan dengan penggunaan proprietary software. Perbandingan alokasi dana antara proprietary software (direpresentasikan dengan Microsoft) dengan open source (direpresentasikan dengan IGOS) adalah sebagai berikut[3] :
Asumsi penggunaan = 521 server (untuk 512 kantor), 2.559.446 workstation (penggunaan perseorangan di kantor).
MICROSOFT IGOS
BIAYA WORKSTATION Rp. 19.766.291.622.000 Rp. 9.101.286.040.000
BIAYA SERVER Rp. 88.865.280.000 Rp. 0
BIAYA OPERASIONAL Rp. 1.153.303.824.946 Rp. 1.193.086.224.946
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ +
BIAYA TOTAL Rp. 21.008.460.726.946 Rp. 10.294.372.264.946
Meskipun menggunakan open source akan mahal pada biaya operasionalnya, namun penghematan yang dilakukan secara keseluruhan biaya menjadi sebuah poin penting untuk bisa menghemat anggaran bagi pemerintah dalam menggunakan TI.
III. KESIMPULANPeluncuran program IGOS oleh pemerintah, merupakan sebuah langkah yang patut dihargai sebagai upaya untuk mengurangi pembajakan piranti lunak dan pengembangan dunia TI di Indonesia.
Pembajakan yang menjadi permasalahan di dunia hukum, dapat ditemukan solusinya dengan IGOS yang bersifat terbuka dan gratis. Sehingga akan meminimalisasi tingkat pembajakan terhadap piranti lunak. Pandangan dunia internasional terhadap Indonesia sebagai negara pembajak, dapat direduksi dengan adanya IGOS yang menandakan itikad baik dari pemerintah Indonesia untuk menegakkan hak kekayaan intelektual di Indonesia.
IGOS yang telah muncul sebagai sebuah solusi bagi permasalahan dunia TI, diharapkan tidak berhenti pada tahap peluncuran saja. Namun bisa dikembangkan lebih jauh lagi, dan menjadi pengganti bagi proprietary softwares yang ada pada saat ini. Tidak hanya sekedar menjadi pengganti, IGOS juga menjadi sebuah medium bagi sumber daya manusia Indonesia yang bergerak di bidang TI untuk bisa menaikkan pamor dunia TI Indonesia. Tidak lagi sekedar sebagai pembajak piranti lunak, ataupun hanya membuat virus yang merusak. Namun dengan adanya IGOS, tenaga TI Indonesia bisa menjadi pemain penting dalam perkembangan TI dunia.


APLIKASI DAN POTENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAHA. PENDAHULUANPerkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metoda belajar, gaya hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Manusia secara berkelanjutan membutuhkan pemahaman dan pengalaman agar bisa memanfaatkan TIK secara optimal dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dan menyadari implikasinya bagi pribadi maupun masyarakat. Siswa yang telah mengikuti dan memahami serta mempraktekkan TIK akan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk memahami berbagai TIK dan menggunakannya secara efektif. Selain itu siswa memahami dampak negatif, dan keterbatasan TIK, serta mampu memanfaatkan TIK untuk mendukung proses pembelajaran dan dalam kehidupan.Pendidikan sebagai pondasi pembangunan suatu bangsa memerlukan pembahuruan-pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Keberhasilan dalam pendidikan selalu berhubungan erat dengan kemajuan suatu bangsa yang dampaknya meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat. Pada era teknologi tinggi (high technology) perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu cepat. Akibatnya, sistem pendidikan konvensional tidak akan mampu lagi mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Pendekatan-pendekatan modern dalam proses pengajaran tidak akan banyak membantu untuk mengejar perkembangan ilmu dan teknologi jika sistem pendidikan masih dilakukan secara konvensional.Keperluan akan penguasaan teknologi khususnya Teknologi Informasi (TI) telah diantisipasi oleh pemerintah dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan dimasukkannya kurikulum teknologi informasi dalam kurikulum 2004 dan sekarang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Diharapkan dengan diimplementasikannya kurikulum TI ini akan meningkatkan kualitas proses pengajaran, kualitas penilaian kemajuan siswa dan kualitas administrasi sekolah.Adanya manajemen berbasis sekolah (MBS) memungkinkan setiap sekolah untuk mengembangkan dan mengaplikasikan TIK yang disesuaikan dengan tuntuntan zaman dan kemampuan/ daya dukung sekolah yang bersangkutan. Munculnya berbagai hardware dan software-software baru sekarang ini sangat membantu guru dalam menyampaikan bahan ajarnya. Permasalahannya adalah Apakah para guru yang merupakan garda terdepan di sekolah telah memanfaatkan TIK dengan optimal? Bagaimanakah mengaplikasikan TIK dalam pembelajaran di sekolah? Bagaimanakah peran guru di sekolah dalam mengaplikasikan TIK dalam proses pembelajarannya? Adakah potensi yang dapat dikembangkan dalam TIK ini?Makalah ini membahas aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dan peran guru di sekolah dalam memanfaatkan TIK, serta implikasinya dalam pembelajaran.B. PEMBAHASAN1. Pengertian Teknologi Informasi dan KomunikasiTeknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan juga merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan. Teknologi Komunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi TIK adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Juga dapat berkomunikasi dengan biaya murah seperti fasilitas email yang dapat kita pergunakan dengan mudah di internet.Melalui TIK, sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya sudah tidak lagi mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran antar sesama kita. Perkembangan TIK memicu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan eseperti e-commerce, e-government, e-education, e-learning, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis TIK.2. Aplikasi dan Potensi TIK dalam Pembelajaran di SekolahMenghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century" merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan)Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan ), Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat). Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan TIK itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satellite atau computer (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik tapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library) sekarang sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber belajar tersebut.Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Globalisasi juga membawa peran yang sangat penting dalam mengarahkan dunia pendidikan kita dengan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Sebenarnya, ada empat level pemanfaatan ICT untuk pendidikan menurut UNESCO, yaitu: Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya ICT untuk pendidikan; Level 2: Applying - baru mempelajari ICT (learning tom use ICT); Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan ICT (using ICT to learn); Level 4: Transforming - dimana ICT telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum.Salah satu bentuk produk TIK yang sedang ”ngetrend” adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul "Rebooting: The Mind Starts at School". Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas. Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.a. Pergeseran pandangan tentang pembelajaranUntuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kultur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:LingkunganBerpusat pada GURUBerpusat pada SISWAAktivitas kelasGuru sebagai sentral dan bersifat didaktisSiswa sebagai sentral dan bersifat interaktifPeran guruMenyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhliKolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhliPenekanan pengajaranMengingat fakta-faktaHubungan antara informasi dan temuanKonsep pengetahuanAkumulasi fakta secara kuantitasTransformasi fakta-faktaPenampilan keberhasilanPenilaian acuan normaKuantitas pemahaman, pe-nilaian acuan patokanPenilaianSoal-soal pilihan bergandaPortofolio, pemecahan masalah, dan penampilanPenggunaan teknologiLatihan dan praktekKomunikasi, akses, kolaborasi, ekspresib. Kreativitas dan kemandirian belajarDengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan SDM secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.2. Peran guru dalam mengaplikasikan TIK di sekolahSemua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru.Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.Sayangnya saat ini, masih banyak guru kita yang belum melek TIK atau ICT. Mengacu pada hal tersebut di atas, sudah saatnya ”GERAKAN MELEK ICT (ICT LITERACY MOVEMENT)” menjadi gerakan nasional yang sama ”urgent”nya atau lebih ”urgent” dibandingkan dengan GERAKAN KELUARGA BERENCANA di jaman Orde Baru dahulu kala. Mudah-mudahan, dengan dibentuknya gerakkkan melek ICT di sekolah, para guru dapat memaksimalkan potensi TIK dalam proses pembelajarannya. Pemerintah maupun swasta perlu bekerja sama dalam membantu guru melakukan pelatihan-pelatihan di bidang ICT, seperti penguasaan power point, ngeblog di internet, bikin software untuk bahan ajarnya, seperti menguasai program Macromedia Flash.Aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah yang dikembangkan oleh guru dapat memberikan beberapa manfaat antara lain.a. Pembelajaran menjadi lebih interaktif, simulatif, dan menarikb. Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / kompleksc. Mempercepat proses yang lamad. Mengahadirkan peristiwa yang jarang terjadie. Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau di luar jangkauanC. PENUTUPAplikasi dan potensi teknologi informasi dan komunikasi telah membawa pergeseran pandangan tentang pembelajaran dan peran guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Penerapan TIK dalam pembelajaran memungkinkan kegiatan belajar mengajar lebih interaktif, simulatif dan lebih menarik. Oleh karena itu guru di era globalisasi informasi ini dituntut untuk mampu menguasai dan mengalipkasikan TIK dalam pembelajaran. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang beriorientasi pada penerapan TIK akan mempercepat peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya dapat mengejar ketetinggalan dari negara-negara lain di dunia.Bagaimanapun banyaknya dampak positif dalam penerapan TIK dalam pembelajaran di sekolah kita punya tanggungjawab bersama dalam meminimalisasi dampak negatif yang muncul baik secara individual, maupun sosial.Mulai saat ini marilah kita tidak GATEK, dan tidak ALERGI dengan TIK. Siapa yang menguasai TIK akan menguasai dunia ini.

http://wijayalabs.blogspot.com/2007/11/aplikasi-dan-potensi-teknologi.html

Tidak ada komentar: